ANALISIS EKOSISTEM SAWAH
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Dickinson dan Murphy (1998), ekosistem adalah hubungan timbal balik antara komunitas organisme dan lingkungan fisiknya yang membentuk unit ekologi. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ekosistem adalah interaksi anatara biotik dan abiotik yang membentuk ekologi.
Dalam ekostem terjadi interaksi antara biotik (makhluk hidup) dengan abiotik (komponen tak hidup, lingkungan sekitar), interksi tersebut dapat berjalan saling menguntungkan, netral, ada pihak yang dirugikan hingga ada interaksi saling makan dan dimakan. Interkasi antar komponen ini akan menyebabkan bagaimana kelangsungan ekosistem itu sendiri. Adanya komponen dan interaksi antar komponen ekosistem akan membentuk stabilitas, produktivitas serta akan diketahui keberlanjutannya. Stabilitas, produktivitas dan keberlanjutan suatu ekosistem berbeda-beda, oleh karena itu melalui pengamatan ini diharapkan mahasiswa mampu menegtahui dan membandingkan antara suatu ekosistem dengan ekosistem lain.
B. Tujuan
Tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mengetahui secara langsung keadaan lingkungan berbagai ekosistem, interaksi yang terjadi di dalamnya, bagaimana stabilitas, produktivitas serta keberlanjutannya. Sehingga mahasiswa mampu membandingkan beberapa ekosistem atas dasar stabilitas, produktivitas serta keberlanjutan ekosistem tersebut.
Dalam makalah ini secara khusus membandingkan ekosistem sawah yang normal dengan sawah yang terserang hama dan gulma, sehingga mahasiswa dapat menegetahui serta mampu menjelaskan perbandingan antara sawah yang memiliki banyak hama dan gulma dengan sawah normal.
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Observasi dilakukan pada hari Selasa tanggal 17 Desember 2013 bertempat di sekitar daerah Sidoarum.
II. HASIL PENGAMATAN
A. Komponen
- Autotrof/ Produsen :Padi, Gulma
- Heterotof : Konsumen ting. I Tikus, belalang, burung pemakan biji, belalang, ulat, keong, ayam, manusia, Konsumen ting. II Ular, katak, burung dan Konsumen ting. III Elang, Manusia
- Dekomposer: Mikroba, fungi,
B. Jenis-jenis Interaksi
1. Simbiosis Parasiisme
2. Simbiosis Komensalisme
3. Simbiosis Mutualisme
4. Predasi
5. Kompetisi
III. PEMBAHASAN
A. Komponen Ekosistem Sawah
Sawah adalah ekosistem buatan berupa lahan usaha pertanian yang secara fisik berpermukaan rata, dibatasi oleh pematang, serta dapat ditanami padi, palawija atau tanaman budidaya lainnya. Kebanyakan sawah digunakan untuk bercocok tanam padi.
Komponen ekosistem sawah dibedakan menhadi 2, yaitu:
1. Komponen Abiotik
Komponen abiotik adalah komponen yang terdiri dari benda mati. Komponen abiotik yang ada di
sawah diantaranya tanah, air, udara, suhu, cahaya matahari, batu, dan pupuk.
2. Komponen Biotik
Komponen biotik adalah komponen yang terdiri dari makhluk hidup, digolongkan menjadi:
a. Autotrof yang berperan sebagai produsen Yang termasuk autotrof adalah makhluk yang dapat
membuat sendiri makanannya yaitu makhluk yang memiliki klorofil. Sebagian tumbuhan
merupakan komponen autotrof. Di ekosistem sawah yang merupakan komponen autotrof adalah
tanaman padi dan gulma. Padi dan gulma mampu secara mandiri membuat makanannya sendiri
melalui proses fotosintesis.
b. Heterotof yang berperan sebagai konsumen
Heterotof adalah makhluk yang tidak dapat membuat makanan nya sendiri, sehingga memakan
bahan organik yang disediakan oleh organisme lain. Contoh heterotof di ekosistem sawah adalah
keong, ulat, belalang, burung pipit, tikus, ular, katak, elang, kucing, ayam.
Mereka sebagai konsumen memiliki beberapa tingkatan yaitu Konsumen primer, sekunder,
tersier, dan selanjutnya tergantung bagaimana alur makan dan dimakan dalam jaring-makanannya.
Untuk lebih jelas perhatikan rantai makanan dibawah.
c. Dekomposer sebagai Pengurai
Dekomposer berperan dalam proses pembusukan. Yang termasuk adalah mikroba dan fungi.
Rantai Makanan
B. Peran dan interaksi
1. Peran Abiotik terhadap Biotik
a. Air memberikan nutrisi bagi padi
b. Tanah menyediakan unsur hara yang diperlukan padi
c. Cahaya matahari membatu tanaman padi melakukan proses fotosintesis
d. Angin membantu penyerbukan pada tanaman
2. Peran Biotik terhadap Abiotik
a. Belut menjaga kesuburan tanah
b. Cacing menjaga kesuburan tanah
3. Interaksi antar komponen
Simbiosis Mutualisme
Interaksi dua komponen yang kedunya diuntungkan dengan adanya interaksi tersebut, contoh interaksi mutualiasme pada ekosistem sawah yaitu antara padi yang kehilanagan hama berupa belalang dan serangga kecil pengganggu, dengan katak yang mendapatkan makanan di sekitar padi. Lalu antara belut dan padi yang sama-sama diuntungkan karena tanah disekitar padi menjadi gembur sementara belut mendapat tempat tinggal dan makanan, begitu pula sama halanya interaksi antara padi dan cacing. Selanjutnya interaksi antara padi dan petani, keduanya akan saling diuntungkan. Petani merawat padi dan akan mendapatkan keuntungan sedangkan padi diuntungkan karena dia akan tumbuh dengan baik karena perawatan yang dilakukan petani.
Simbiosis Komensalisme
Komensalisme adalah interaksi dua komponen yang salah satu pihaknaya diuntungkan sementara pihak lainnya tidak mendapat keungungan maupun kerugian dari adanya interaksi tersebut. Interaksi ini dapat berupa interaksi antara padi dan ikan kecil di sawah, diamana ikan kecil dapat hidup dan berkembang biak sementara padi tidak di rugikan maupun diuntungkan dengan adanay ikan kecil di air sawah. Interaksi lainnya adalah tumbuhan talas yang dapat tumbuh di pinggir sawah dan mendapat air dari sawah namun itu tidak merugikan padi di sawah.
Simbiosis Parasitisme
Interaksi antara dua komponen yang salah satu komponenya di rugikan dan komponen lainnya diuntungkan atas interaksi tersebut. Interaksi tersebut misalanya antara gulma yang mendapat unsur hara yang dibutuhkannya dan padi yang pertumbuhannya terhambat karena unsur hata yang ia butuhkan dicuri oleh gulma. Interaksi lainnya adalah jenis hama yang sifatnya parasit adalah salah satu jenis wereng yang mendapatkana makanan tapi tanaman padi menjadi rusak bahkan mati.
Predasi
Predasi merupakan proses makan dan dimakan. Proses predasi melibatkan pemangsa (predator) dan mangsa. Dalam ekosistem sawah terjadi predasi antara Padi dimakan tikus, tikus dimakan ular, katak dimakan ular, katak memakan serangga kecil, padi dimakan burung pipit, dll. Ada pula predasi yang dilakukan petani dalam rangka perawatan padi yaitu misalnya pengendalian hama berupa pemberian insektisida, rodentisida, molusida, serta penyiangan agar tanaman padi pertumbuhannya tida terganggu sehingga hasil yang didapat akan maksimal.
Kompetisi
Kompetisi adalah persaingan yang terjadi dalam suatu ekosistem. Kompetisi yang terjadi diantaranya adalah persaingan padi dan gulma untuk mendapat nutrien dari dalam tanah, persaingan anatara tikus dan burung pipit juga persaingan belalang dan wereng dalam memperoleh makanan (padi). Serta dalam memperoleh cahaya matahari, padi berkompetisi dengan gulma (rumput tinggi)
C. Produktivitas
Produktivitas merupakan parameter ekologi yang sangat penting. Produktivitas ekosistem adalah suatu indeks yang mengintegrasikan pengaruh kumulatif dari banyak proses dan interaksi yang berlangsung simultan di dalam ekosistem. Jika produktivitas pada suatu ekosistem hanya berubah sedikit dalam jangka waktu yang lama maka hal ini menandakan kondisi lingkungan yang stabil, tetapi jika terjadi perubahan yang dramatis, maka menunjukkan telah terjadi perubahan lingkungan yang nyata atau terjadi perubahan yang penting dalam interaksi di antara organisme-organisme yang menyusun ekosistem (Jordan, 1985).
Produktivitas adalah laju produksi makhluk hidup dalam ekosistem. Produksi bagi ekosistem merupakan proses pemasukan dan penyimpanan energi dalam ekosistem. Pemasukan energi dalam ekosistem yang dimaksud adalah pemindahan energi cahaya menjadi energi kimia oleh produsen. Sedangkan penyimpanan energi yang dimaksudkan adalah penggunaan energi oleh konsumen dan mikroorganisme.
Metode pengukuran produktivitas salah satunya adalah dengan metode panen yaitu dilakukan dengan menimbang hasil panen. Metode ini kurang teliti jika sebagian hasil dimakan oleh herbivora. Metode ini digunakan pada tanaman budidaya. Metode ini digunakan untuk mengukur produksi komunitas bersih.
Kita ambil contoh:
Sawah Bu Suprih, di daerah Sidoarum.
Luas sawah ± 2300 m2. Pada saat penanaman, menggunakan 15 kg bibit Bagendit dan penghasilan 5-8 kwintal. Bila sedang bagus bisa mencapai 8 kwintal, sedangkan saat musim kemarau atau saat ada serangan hama (tikus , burung pipit, wereng, dll) penghasilan hanya mencapai 5 kwintal.
Produktivitas ekosistem sawah dipengaruhi oleh banyaknya individu dalam satuan luas (jumlah padi), suhu, cahaya matahari, ketersediaan air, kesuburan tanah, serta interaksi antar komponen (misal; keberadaan hama dan gulma). Jadi, ekosistem sawah yang lahannya luas, suhu dan penerimaan cahaya matahari yang baik, tersedianya air, tanah yang subur (unsur hara nya tercukupi) serta tidak ada hama dan gulma yang dapat mengganggu tanaman padi maka dipastikan produktivitas ekosistem sawah tersebut akan lebih tinggi, dibandingkan dengan suatu ekosistem sawah yang memiliki suhu dan penerimaan cahaya matahari kurang baik, airnya tidak mencukupi, tanah kurang subur serta memiliki hama dan gulma.
D. Stabilitas
Menurut Anonim (2011) ada 2 jenis stabilitas, yakni :
1. Stabilitas resistensi, yakni kemampuan suatu ekosistem untuk bertahan menghadapi tekanan lingkungan;
2. Stabilitas resiliensi, yakni kemampuan untuk cepat pulih.
Jika dilihat dari komponennya, ekosistem sawah meiliki stabilitas resistensi dan resiliensi yang rendah. Sawah sangat rentan/mudah sekali terancam oleh tekanan dari lingkungan, misalnya ketika musim kemarau produktivitas sawah akan menurun dratis begitu pula saat serangan hama.
Tetapi kemampuan sawah untuk pulih (stabilitas resiliensi) cukup tinggi. Setelah kemarau atau serangan hama, produktifitas sawah dapat meningkat kembali setelah perbaikan/ perubahan. Kestabilan produktivitas, dalam hal ini kestabilan pendapatatan atau hasil panen juga dapat dijadikan tolak ukur kestabilan suatu ekosistem. Suatu ekosistem yang pendapatan atau hasil panen tiap satuan waktu tetap atau perubahan nya hanay sedikit maka dapat dinyatakan ekosistem tersebut memiliki stabilitas yang baik. Sementara, suatu ekosistem yang hasil panennya (produktivitas) tidak tetap atau naik turun maka ekosistem tesebut memiliki kestabilan yang rendah.
E. Keberlanjutan
Sawah mungkin akan mengalami keberlanjutan, meskipun mudah mendapat tekanan dari lingkungan namun akan segera pulih seiring waktu dan melalui perlakuan-perlakuan khusus.
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Sawah merupakan suatu ekosistem yang memiliki cukup banyak komponen serta interaksi antar komponennya sangat beragam, interaksi dapat terjadi antara komponen biotik dengan komponen abiotik maupun sebaliknya. Interaksi tersebut dapat saling menguntungkan, merugikan, bahkan tidak berpengaruh sama sekali. Banyaknya komponen di sawah menjadikan proses makan dan dimakan dalam ekosistem sawah rumit karena ada banyak predator padi.
Produktivitas ekosistem dapat diukur dengan berbagai metode, namun untuk mengukur produktivitas ekosistem sawah salah satunya adalah dengan menghitung hasil panen. Ekosistem sawah dengan tingkat populasi hama yang tinggi menjadikan produktivitasnya rendah, karena hasil yang didapat rendah dibandingkan sawah yang terawat dan tanaman padinya tumbuh normal tanpa hama. Jadi, semakin banyak interaksi antara padi dan hama penyerang semakin rendah produktivitasnya.
Dengan pendapatan hasil panen yang stabil (tetap) tiap masa panennya, maka ekosistem sawah tersebut dianggap memiliki stabilitas yang baik. Jika diukur dari kemampuan sawah menahan berbagai tekanan dari lingkungan, ekosistem sawah dianggap stabilitasnya rendah. Namun, sawah memiliki kemampuan untuk cepat pulih.
Stabilitas dan produktivitas ekosistem mempengaruhi keberlanjutan suatu ekosistem. Dapat disimpulkan bahwa ekosistem sawah memiliki peluang keberlanjutan yang baik, meskipun ekosistem sawah mudah mendapat tekanan namun ia akan cepat pulih.
DAFTAR PUSTAKA
Posting Komentar untuk "ANALISIS EKOSISTEM SAWAH"